Selamat Datang di Blog Belajar dan Berbagi Bersama Dwi Reni

Minggu, 06 Februari 2022

Koneksi Antar Materi Budaya Positif





Filosofi Ki Hadjar Dewantara

Salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara dibidang pendidikan adalah bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar dapat diperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Dalam proses " menuntun ", anak diberi kebebasan, namun pendidik sebagai "pamong" dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang "pamong" dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Nilai dan Peran Guru Penggerak

Berdasarkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara Guru Penggerak hadir sebagai garda terdepan dan menjadi agen perubahan. Guru Penggerak hadir untuk menjadi teman belajar yang menginspirasi dan penyemangat, menjadi teladan, memberi motivasi dan mendorong siswa untuk mencapai kebahagian setiggi-tingginya dalam pendidikan melalui proses pembelajaran sehingga terwujudlah profil pelajar Pancasila. Adapaun nilai yang harus dimiliki Guru Penggerak adalah mandiri, reflektif, inofatif, kolaboratif dan berpihak pada murid. Sementara itu peran Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru dan mewujudkan kepemimpinan murid

Visi Guru Penggerak

Dengan bermodalkan nilai dan peran Guru Penggerak diharapkan Guru Penggerak mampu untuk membuat visi yang menggambarkan tentang usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu 'Profil Pelajar Pancasila'. Dan untuk mewujudkan visi tersebut perlu kerjasama dari berbagai pihak, semua warga sekolah dan dimulai dari diri sendiri, sehingga perlu adanya pendekatan/paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif yang memetakan semua kekuatan positif yang dimiliki sekolah melalui tahapan B-A-G-J-A.

Budaya Positif

Untuk dapat terlaksanaya visi dengan baik, maka sekolah memerlukan suasana yang kondusif, aman dan nyaman. Untuk itu diperlukan tumbuhnya budaya positif di sekolah. Budaya positif sekolah adalah nilai, keyakinan dan kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid. Budaya positif perlu diciptakan agar dapat mendukung pembentukan karakter murid yang diharapkan yaitu menjadi profil pelajar Pancasila.

 Strategi Mewujudkan Budaya Positif di Sekolah

1.     Disiplin Positif Disiplin menurut Ki Hadjar Dewantara adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal dimana seseorang mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya menuju sebuah tujuan yang bermakna

2.     Posisi Kontrol Guu Merupakan bagian dari disiplin yang berpihak pada murid. Posisi kontrol yang sering dilakukan guru adalah penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau dan manajer

3.     Kebutuhan Dasar Manusia Terbagi menjadi lima yaitu kebutuhan bertahan hidup, cinta dan kasih sayang, kebebasan, kesenangan dan kekuasaan

4.     Keyakinan Kelas Merupakan nilai-nilai kebajikan/prinsip universal yang disepakati bersama

5.     Restitusi Merupakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat

Penerapan restitusi dapat menguatkan karakter siswa, dengan memenuhi kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Restitusi merupakan bentuk kontrol guru sebagai manajer dalam membenahi laku murid yang melanggar keyakinan kelas. Penerapan segitiga restitusi sejalan dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara. Guru sebagai penuntun laku yaitu menguatkan karakter positif dengan menumbuhkan motivasi intrinsik guna menanamkan keyakinan atas nilai kebajikan sebagai budaya positif di lingkungan sekolah.


 

Budaya Positif untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila



 Latar Belakang:

Dalam rangka mewujudkan murid yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila, maka diperlukan lingkungan sekolah yang kondusif, aman, nyaman, menyenangkan, bersahabat dan berpihak pada anak. Sekolah adalah salah satu pembentuk karakter yang peranannya sangat penting. Karakter kuat ini akan terbentuk dengan pembiasaan yang diterapkan di sekolah dan akan menjadi sebuah pondasi kuat bagi anak dalam mengarungi kehidupan kedepannya. Pembiasaan positif yang dilakukan secara kontinyu dan sadar oleh setiap warga sekolah akan mengakar kuat menjadi budaya positif sekolah. Oleh karena itu semua pihak harus terlibat dalam pembiasaan positif tersebut.

Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan dan asumsi dasar yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini di sekolah. Budaya positif tersebut berisi kebiasaan-kebiasaan yang sudah disepakati bersama dan dijalankan dalam waktu yang lama dengan memperhatikan kodrat anak dalam hal ini kodrat alam dan kodrat zaman serta keberpihakan pada anak.

Dalam upaya menciptakan budaya positif di sekolah, control guru sebagai manajer menjadi sangat penting. Guru juga menjadi teladan dan motivator bagi semua murid agar dapat terwujudnya budaya positif di sekolah dan terbentuknya karakter murid yang Beprofil Pelajar Pancasila.

Tujuan:

  • Menanamkan dan menumbuhkan budaya positif melalui kesepakatan kelas
  • Menumbuhkan nilai-nilai profil pelajar Pancasila pada diri murid

Tolak Ukur:

  • Murid dapat membuat keyakinan kelas dan dipajang di dinding kelas
  • Guru dan siswa konsisten dalam menjalankan keyakinan kelas
  • Adanya karakter baik dalam diri murid seperti selalu menjaga kebersihan, sopan, saling menghormati dan menghargai
  • Murid dapat mengaplikasikan nilai-nilai profil pelajar Pancasila secara sadar 

Linimasa tindakan yang dilakukan:

  • Melaksanakan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah terkait budaya positif dan kesepakatan kelas
  • Menjelaskan tentang pentingnya kesepakatan kelas untuk membentuk karakter murid
  • Guru memfasilitasi murid untuk membuat keyakinann kelas dan dipajang di dinding kelas
  • Menanamkan, menumbuhkan dan membiasakan nilai-nilai profil pelajar Pancasila dalam kegiatan pembelajaran 
  • Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang mencerminkan nilai-nilai profil pelajar Pancasila

Dukungan yang dibutuhkan

  • Warga sekolah sebagai teladan bagi murid dalam menanamkan budaya positif
  • Orang tua di rumah dalam membiasakan budaya positif
  • Seluruh warga sekolah berkolaborasi dan bergerak bersama dalam menciptakan serta membiasakan budaya positif di sekolah
Hasil Aksi Nyata

1. Membuat keyakinan kelas bersama siswa







2. Melaksanakan sosialisasi Budaya Positif di Sekolah





3. Pembiasaan Berdoa, membaca Pancasila dan menyanyikan lagu wajib






4. Pembiasaan literasi sebelum pembelajaran






5. Melaksanakan keyakinan kelas menjaga kebersihan 





6. Melaksanakan restitusi jika ada siswa yang melanggar keyakinan kelas



Dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan, menunjukkan hasil yang baik di kelas maupun diluar kelas, murid telah terbiasa menjaga kebersihan kelas tanpa dibentuk piket kelas, sadar untuk membuang sampah pada tempatnya dan bertanggung jawab mengerjakan tugas di kelas. 
Budaya positif pastinya memerlukan waktu yang panjang untuk dapat menjadi budaya sekolah. Dan pastinya diperlukan kerjasama dengan semua pihak agar budaya posiif bisa berakar kuat membentuk karakter murid.

2.1.a.10 Aksi Nyata_Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

  A. Latar belakang Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid ses...